SURAT BUAT IBU
Ibunda sayang, aku tahu memang
bunda tak kan pernah bisa membaca lagi isi surat dari anakmu ini. Tapi izinkanlah
aku bunda untuk menuliskan dan mengungkapkan isi hatiku ini melalui tulisan
ini. Betul kata orang bunda, kesempatan
tak akan selalu datang dua kali dalam hidup kita. Begitu juga dengan aku bunda.
Rasanya begitu banyak hal yang terlewati olehku selama ini tanpa ada hal yang
mungkin cukup berarti. Begitu banyak penyesalan yang ada dalam hidupku ini bunda. Penyesalan yang
mungkin datang karena kebodohan, ketidaktahuan, ataupun karena keegoisanku
bunda. Seperti halnya sekarang bunda, aku tak memiliki kesempatan lagi untuk
bisa berbakti kepadamu. Tak bisa lagi
aku memeluk dan mencium keningmu seperti saat engkau masih ada bersama sama
kami anak anakmu. Tak bisa lagi aku
menceritakan kegembiraanku, kegalauanku, masalahku, juga rasa resah dan
gelisahku. Selama ini hanya engkau yang selalu ada buat kami bunda. Engkau
bagaikan mentari yang selalu ada untuk kami. Tak pernah ada sedikitpun rasa
lelah bagimu. Dan tak pernah ada kata menyerah dan putus asa bagimu. Bunda selalu ada disaat kami gembira,
tertawa, bahagia, dan bunda juga selalu ada disaat kami menangis. Engkau selalu
ada buat kami kapanpun kami membutuhkan.
Tentunya tidak mudah bunda untuk
mengasuh dan membesarkan enam orang anakmu. Dengan berbagai macam sifat dan
tingkah laku atau kenakalan kami selama ini. Karena disamping itu, engkau masih
juga sibuk untuk ikut membantu mencari nafkah dan mengabdikan dirimu dengan
menjadi seorang guru buat anak anak didikmu. Sebuah profesi mulia yang akupun
tentu belum sanggup untuk melakukannya. Tapi itulah hebatnya engkau bunda,
engkau tak pernah mengeluh, tak pernah engkau perlihatkan lelahmu kepada kami
selama ini.
Pahit manisnya hidup ini
engkau telan sendiri. Aku melihat kekuatan didirimu bunda. Kekuatan sebagai
seorang istri dan ibu bagi kami. Keaneka ragaman sifat dan tingkah kami selama
ini mungkin engkau jadikan hiburan buatmu ibu. Engkau jadikan semangat hidup
untukmu bunda. Insyaallah aku juga akan berusaha untuk menjadi
seorang ibu yang kuat dan tegar seperti
dirimu. Yang tak mudah mengenal lelah dan berputus asa serta selalu berdoa dan
taat KepadaNya.
Tak mudah bagi kami semua bunda,
untuk dapat tegar dan berdiri lagi sepeninggal engkau pergi meninggalkan kami
menghadapNya. Rasa duka yang begitu mendalam sejak kepergian ayahanda belum
juga hilang. Masih belum iklas rasanya ketika kami harus mendapati kenyataan
bahwa ayah telah pergi menghadapNya. Kepergiannya begitu tiba tiba dan sangat
mengejutkan kami. Meskipun selama ini kami tau ayah sering kali keluar masuk
rumah sakit selama ini. Tapi kami selalu berharap dan berdoa agar
ayah bisa sembuh, sehat dan terus mendampingi
kami. Mungkin ini semua sudah takdir dan jalannya dari Allah.
Kami harus ikhlas dan rela. Begitupun saat
engkau kemudian juga sakit dan terbaring lemah tak berdaya. Kami tahu bunda separuh
jiwamu juga pergi
sejak kepergian ayah.
Engkau begitu bersedih namun tak mungkin mengungkapkannya. Engkau berusaha
tegar disamping kami semua. Karena itu kamipun berjanji waktu itu akan
senantiasa menjagamu, dan berusaha membahagiakanmu bunda. Meskipun kesempatan
kami cuma sebentar untuk merawat dan menjagamu tapi kami sudah berusaha bunda.
Maafkanlah kami anak anakmu yang mungkin selama ini selalu merepotkanmu, selalu
membuat susah dan mungkin seringkali
menyakiti relung hatimu yang paling dalam. Seringkali aku dapati engkau
bersedih
memikirkan kami anak anakmu.
Seharusnya kami tak lagi menjadi beban bagimu bunda. Tapi baru aku mengerti
setelah aku menjadi seorang ibu sekarang ini. Apapun pasti akan dilakukan seorang
ibu demi kebahagiaan sang anak. Begitu juga dengan dirimu ibu. Seringkali kami
melakukan
hal hal yang membuat sedih dan
membuat dirimu menangis. Namun engkau selalu tegar dan senantiasa mampu
memaafkan kami. Tak sedikit pun ada rasa marah dan dendam dihatimu. Engkau
begitu iklas menerima semua kelakuan kami selama ini, dan tak pernah berhenti
menyayangi kami.
Baca juga :
SUNYI
Bunda, masih begitu banyak sekali
harapan dan keinginan yang belum bisa kami persembahkan buatmu. Keinginan yang belum bisa kami wujudkan satu
persatu. Apalah daya, kesempatan itu telah sirna. Dan kami tak ingin menyesalinya.
Sekarang kami cuma ingin memperbaiki diri, berbenah, agar bisa menjadi pribadi
yang lebih baik, mandiri, lebih bijak dalam mengambil setiap keputusan. Dan
senantiasa bersyukur padaNya. Aku tahu
bunda, mungkin ini tak mudah. Tapi aku akan berusaha. Aku ingin engkaupun bisa tersenyum
dan bangga memiki kami. Aku ingin kami selalu bisa belajar darimu. Dari sifat
dan kasih sayangmu selama ini kepada kami yang tak pernah putus hingga akhir
hayatmu bunda.
Sekarang, hanyalah doa yang bisa
kami persembahkan untukmu. Insyaallah kami akan selalu mengenang kebaikanmu dan
melakukan semua amanatmu ibu. Kami bangga bisa memiliki ibu seperti engkau. Dihari
Ibu ini hanyalah ucapan terima kasih yang tak terhingga buatmu bunda. Karena
engkau lah kami ada, dan atas jasa dan kasih sayangmu lah kami semua bisa
seperti sekarang. Semoga kami bisa tabah dan iklas bunda. Insyaallah kita akan
berkumpul lagi nanti. Teriring salam rindu buat ayahanda tercinta disana.
Love you bunda.
Comments
Post a Comment